Minggu, 24 November 2013

Budaya Asing Merusak Kita (Indonesia)



Sekarang ini, kita sedang hidup di era yang serba cepat. Sebuah era dimana teknologi berkembang dengan sangat pesat. Sebuah era dimana kita bisa melakukan apa saja dengan teknologi. Sebuah era yang dipenuhi dengan kemudahan dalam melakukan apapun. Era ini sering kita sebut dengan era globalisasi.
Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi berjalan dengan sangat cepat, terutama teknologi informasi. Saat ini, hanya dengan mengetik nama situs di komputer, kita bisa menjelajahi dunia. Hanya dengan menekan nomor pada pesawat telepon, kita bisa berbicara dengan siapapun yang kita inginkan tanpa mempersoalkan jarak.
Jika kita lihat contoh yang ada, maka kita bisa menyimpulkan bahwa perkembangan zaman dan teknologi memiliki dampak positif jauh lebih besar dari dampak negatifnya. Namun pada kenyataanya, dampak negatif justru lebih menonjol. Dampak negatif ini dapat membahayakan perkembangan budaya manusia. Contoh yang sudah jelas saja, berkembangnya kebudayaan asing di Indonesia.
Teknologi informasi yang begitu pesat membuat komunikasi internasional sangat mudah dilakukan. Dengan demikian, masuknya kebudayaan asing ke Indonesia pun terjadi secara signifikan. Saat ini, hampir semua aspek dalam kebudayaan asing telah masuk ke Indonesia. Mulai dari fashion, makanan, bahasa, etika pergaulan, sampai tata krama. Masyarakat Indonesia pun menerima masuknya kebudayaan asing ini dengan tangan terbuka tanpa memilah milihnya terlebih dahulu. Namun penerimaan masuknya budaya asing ke Indonesia ini memiliki dampak yang membahayakan. Masuknya kebudayaan asing ke Indonesia mengakibatkan berkurangnya keinginan masyarakat untuk melestarikan budaya negeri sendiri sehingga membuat kebudayaan asli Indonesia sendiri menjadi pudar dalam diri masyarakat Indonesia. Hal ini sangat berbahaya karena kebudayaan asli Indonesia adalah jati diri bangsa Indonesia. Dengan membiarkannya pudar, maka berarti juga membiarkan Negara Indonesia dijajah oleh bangsa asing dalam arti tertentu.
Di samping memudarkan kebudayaan asli Indonesia dalam diri masyarakat Indonesia, masuknya kebudayaan asing pun bisa merusak kebudayaan asli Indonesia. Kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia tidak semuanya cocok dengan kebudayaan asli Indonesia. Bahkan bisa dikatakan kebudayaan asing banyak bertentangan dan berbeda dengan kebudayaan Indonesia. Salah satu contohnya adalah dalam hal tata krama dan sopan santun. Dibandingkan dengan kebudayaan asing, tata krama bangsa Indonesia secara umum bisa dibilang lebih halus daripada kebudayaan asing. Namun dengan masuknya tata krama asing, tata krama Indonesia yang awalnya halus berubah menjadi kasar.
Contoh lainnya dapat dilihat dari hal kecil seperti, cara berpakaian, yang dulunya masyarakat indonesia memakai pakaian tradisional, yang jika dalam tradisi Jawa, wanita memakai kebaya dengan sanggul dirambutnya. Sedangkan pria, memakai beskep, dengan bawahan kain batik, serta blangkon di kepalanya. Begitu juga di daerah lain, beragam pakaian tradisional yang seharusnya kita lestarikan malah kita abaikan. Saat ini pakaian yang kita kenakan sudah tercampur dengan budaya luar. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Bahkan pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda.
Kebanggaan untuk mengenakan pakaian atau melakukan kebiasaan dalam budaya kita sepertinya sudah luntur di dalam benak kita masing-masing. Bahkan kita justru malah bangga dengan mengenakan pakaian Negara asing, melakukan kebiasaan yang dilakukan oleh Negara lain agar dianggap lebih modern, atau agar lebih terlihat modis dan gaul. Apakah untuk terlihat modis harus mengikuti budaya asing ? Apa kita lebih bangga saat kita memakan keju daripada singkong?
Kebanyakan dari kita menganggap apabila kita memakai kebaya atau baju tradisional lain, membuat kita terlihat jadul atau kuno. Begitu juga dalam masalah singkong dan keju. Keju lebih dianggap mewah dimata orang banyak. Mungkin peralihan dari pakaian tradisional ke pakaian modern jika digambarkan bisa seperti ini :




Contoh lainnya lagi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya kesadaran masyarakat, komunikasi budaya, dan pembelajaran budaya adalah alasan mengapa warga Negara Indonesia kurang menghargai budayanya sendiri. Apabila hal ini tidak dirubah budaya kita akan mudah dicuri oleh Negara lain karena penjagaan dan pelestariannya tidak dilakukan dengan baik.
Melihat kejadian yang sudah – sudah yaitu saat Malaysia telah banyak mengakui budaya yang kita miliki seperti batik yang mereka akui itu adalah pakaian tradisional yang berasal dari negaranya, reog ponorogo, yang seharusnya berasal dari Jawa Timur, dengan mudahnya mereka mengakui kalau itu adalah kesenian yang berasal dari negaranya, begitu juga dengan alat musik angklung, lagu rasa sayange, bahkan rendang sampai mereka akui adalah makanan yang berasal dari Negara mereka.
Reaksi yang timbul dari masyarakat sangat keras. Mereka tidak terima budayanya dirampas oleh Negara lain. Sampai – sampai kebencian merasuki masyarakat Indonesia terhadap Negara Malaysia.
Masuknya budaya asing di Indonesia seharusnya tidak menimbulkan hal negatif, apabila kita semua bisa membedakan baik buruknya dampak yang akan terjadi dari apa yang kita lakukan. Perubahan sekecil apapun dapat berdampak baik apabila perubahan itu baik, dan sebaliknya akan berdampak buruk apabila perubahan yang dilakukan adalah hal buruk.
Merubah citra Negara Indonesia agar menjadi Negara yang lebih baik lagi harus dimulai dari diri kita sendiri. Sebagai pemuda generasi penerus bangsa, sudah sepatutnya kita mencintai dan melestarikan budaya kita yang tetap rukun, ramah, bergaya hidup sederhana tapi juga bisa mengambil nilai positif dari pengaruh luar dalam hal kebaikan seperti perkembangan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar