Sekarang ini, kita sedang hidup di era yang serba cepat. Sebuah
era dimana teknologi berkembang dengan sangat pesat. Sebuah era dimana kita
bisa melakukan apa saja dengan teknologi. Sebuah era yang dipenuhi dengan
kemudahan dalam melakukan apapun. Era ini sering kita sebut dengan era
globalisasi.
Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi berjalan
dengan sangat cepat, terutama teknologi informasi. Saat ini, hanya dengan
mengetik nama situs di komputer, kita bisa menjelajahi dunia. Hanya dengan
menekan nomor pada pesawat telepon, kita bisa berbicara dengan siapapun yang
kita inginkan tanpa mempersoalkan jarak.
Jika kita lihat contoh yang ada, maka kita bisa menyimpulkan
bahwa perkembangan zaman dan teknologi memiliki dampak positif jauh lebih besar
dari dampak negatifnya. Namun pada kenyataanya, dampak negatif justru lebih
menonjol. Dampak negatif ini dapat membahayakan perkembangan budaya manusia.
Contoh yang sudah jelas saja, berkembangnya kebudayaan asing di Indonesia.
Teknologi informasi yang begitu pesat membuat komunikasi
internasional sangat mudah dilakukan. Dengan demikian, masuknya kebudayaan asing
ke Indonesia pun terjadi secara signifikan. Saat ini, hampir semua aspek dalam
kebudayaan asing telah masuk ke Indonesia. Mulai dari fashion, makanan, bahasa,
etika pergaulan, sampai tata krama. Masyarakat Indonesia pun menerima masuknya
kebudayaan asing ini dengan tangan terbuka tanpa memilah milihnya terlebih
dahulu. Namun penerimaan masuknya budaya asing ke Indonesia ini memiliki dampak
yang membahayakan. Masuknya kebudayaan asing ke Indonesia mengakibatkan
berkurangnya keinginan masyarakat untuk melestarikan budaya negeri sendiri sehingga
membuat kebudayaan asli Indonesia
sendiri menjadi pudar dalam diri masyarakat Indonesia.
Hal ini sangat berbahaya karena
kebudayaan asli Indonesia adalah jati diri bangsa Indonesia. Dengan
membiarkannya pudar, maka berarti juga membiarkan Negara Indonesia dijajah oleh
bangsa asing dalam arti tertentu.
Di samping memudarkan kebudayaan asli Indonesia dalam diri
masyarakat Indonesia, masuknya kebudayaan asing pun bisa merusak kebudayaan
asli Indonesia. Kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia tidak semuanya cocok
dengan kebudayaan asli Indonesia. Bahkan bisa dikatakan kebudayaan asing banyak
bertentangan dan berbeda dengan kebudayaan Indonesia. Salah satu contohnya
adalah dalam hal tata krama dan sopan santun. Dibandingkan dengan kebudayaan asing,
tata krama bangsa Indonesia secara umum bisa dibilang lebih halus daripada kebudayaan
asing. Namun dengan masuknya tata krama asing, tata krama Indonesia yang awalnya
halus berubah menjadi kasar.
Contoh lainnya dapat dilihat dari hal kecil seperti, cara
berpakaian, yang dulunya masyarakat indonesia memakai pakaian tradisional, yang
jika dalam tradisi Jawa, wanita memakai kebaya dengan sanggul dirambutnya.
Sedangkan pria, memakai beskep, dengan bawahan kain batik, serta blangkon di
kepalanya. Begitu juga di daerah lain, beragam pakaian tradisional yang
seharusnya kita lestarikan malah kita abaikan. Saat ini pakaian yang kita
kenakan sudah tercampur dengan budaya luar. Ada kecenderungan bagi
remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan
bagian tubuh tertentu. Bahkan pakaian mini dan ketat telah menjadi trend
dilingkungan anak muda.
Kebanggaan untuk mengenakan pakaian atau melakukan kebiasaan
dalam budaya kita sepertinya sudah luntur di dalam benak kita masing-masing.
Bahkan kita justru malah bangga dengan mengenakan pakaian Negara asing,
melakukan kebiasaan yang dilakukan oleh Negara lain agar dianggap lebih modern,
atau agar lebih terlihat modis dan gaul. Apakah untuk terlihat modis harus
mengikuti budaya asing ? Apa kita lebih bangga saat kita memakan keju daripada
singkong?
Kebanyakan dari kita menganggap apabila kita memakai kebaya
atau baju tradisional lain, membuat kita terlihat jadul atau kuno. Begitu juga
dalam masalah singkong dan keju. Keju lebih dianggap mewah dimata orang banyak.
Mungkin peralihan dari pakaian tradisional ke pakaian modern jika digambarkan
bisa seperti ini :
Contoh lainnya lagi
adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah
satu budaya bangsa). Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang
lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata
gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan
bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem
dan Yes, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya kesadaran masyarakat, komunikasi budaya, dan
pembelajaran budaya adalah alasan mengapa warga Negara Indonesia kurang
menghargai budayanya sendiri. Apabila hal ini tidak dirubah budaya kita akan
mudah dicuri oleh Negara lain karena penjagaan dan pelestariannya tidak
dilakukan dengan baik.
Melihat kejadian yang sudah – sudah yaitu saat Malaysia
telah banyak mengakui budaya yang kita miliki seperti batik yang mereka akui
itu adalah pakaian tradisional yang berasal dari negaranya, reog ponorogo, yang
seharusnya berasal dari Jawa Timur, dengan mudahnya mereka mengakui kalau itu
adalah kesenian yang berasal dari negaranya, begitu juga dengan alat musik
angklung, lagu rasa sayange, bahkan rendang sampai mereka akui adalah makanan yang
berasal dari Negara mereka.
Reaksi yang timbul dari masyarakat sangat keras. Mereka
tidak terima budayanya dirampas oleh Negara lain. Sampai – sampai kebencian
merasuki masyarakat Indonesia terhadap Negara Malaysia.
Masuknya budaya asing di Indonesia seharusnya tidak
menimbulkan hal negatif, apabila kita semua bisa membedakan baik buruknya
dampak yang akan terjadi dari apa yang kita lakukan. Perubahan sekecil apapun
dapat berdampak baik apabila perubahan itu baik, dan sebaliknya akan berdampak
buruk apabila perubahan yang dilakukan adalah hal buruk.
Merubah citra Negara Indonesia agar menjadi Negara yang
lebih baik lagi harus dimulai dari diri kita sendiri. Sebagai
pemuda generasi penerus bangsa, sudah sepatutnya kita mencintai dan
melestarikan budaya kita yang tetap rukun, ramah, bergaya hidup sederhana tapi
juga bisa mengambil nilai positif dari pengaruh luar dalam hal kebaikan seperti
perkembangan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar