Ditengah kepadatan
jadwal kuliah, beberapa hari yang lalu saya menyempatkan waktu untuk pulang ke kampung halaman saya yang
berada di Cikampek. Selama disana saya menghabiskan waktu untuk jalan-jalan,
melihat keadaan sekitar setelah lama saya tak jumpai.
Ketika saya melintasi beberapa daerah dari Cikampek menuju
Karawang, terjadi kemacetan cukup panjang karena aksi unjuk rasa yang terus
menerus dilakukan. Memang Beberapa hari terakhir, hampir seluruh pekerja di
Indonesia sibuk berunjuk rasa untuk kenaikan gaji mereka, salah satunya di
Kabupaten Karawang. Inilah gambar yang dapat saya ambil
dari unjuk rasa tersebut.
Sudah
3 hari terakhir Mereka meminta kenaikan UKM sebesar 50% atau setara dengan 3,2
juta kepada perusahaan tempat mereka bekerja.
Namun sepertinya usaha para pekerja ini tidak akan
berhasil, malah terjadi sebaliknya, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para
pekerja akan mengakibatkan menurunnya iklim investasi daerah, kata serketaris
Asosiasi Pengusaha Indonesia setempat Puji Isyanto.
Selain
itu, para pekerja juga mengancam akan mogok kerja jika permintaannya tidak
dipenuhi. Hal ini tentu tidak akan kondusif untuk perusahaan dan investasi
daerah karena sudah jelas jika para pekerja mogok maka tidak ada kegiatan
produksi itu artinya tidak ada pendapatan untuk perusahaan atau perusahaan
mengalami kerugian dan tentu saja ini berimbas pada investasi daerah.
Hal
ini harus di kritisi oleh para pekerja, jika mereka mogok dan terus menerus
berunjuk rasa maka mereka juga yang akan rugi dan terancam tidak memiliki
pekerjaan jika perusahaan memilih hengkang dari daerah Karawang karena tidak
lagi kondusif dan memilih daerah yang
lain untuk kegiatan ini. Itu artinya sebagian pekerja yang merupakan warga
setempat akan kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran.
Menurut
Puji Isyanto berdasarkan data yang dimiliki, pada tahun 2012 tercatat 39
perusahaan di Karawang yang keberatan dengan adanya kenaikan UKM. Secara resmi
ke-39 perusahaan ini mengajukan penangguhan kepada pemerintah setempat mengenai
hal tersebut. Mungkin para pekerja berpikir bahwa gaji yang mereka dapatkan
saat ini itu tidak cukup untuk kebutuhan hidupnya tetapi para pekerja juga
harus mengkritisi, setiap perusahaan pasti akan membayar sesuai dengan
kemampuan masing-masing perusahaan dan keahlian setiap individunya, tidak
mungkin untuk disama ratakan. Para pekerja juga harus mengkritisi mengenai
jenjang pendidikan mereka, menurut beberapa kabar yang beredar pekerja di
Kabupaten Karawang merupakan lulusan SMP dan SMA, tetapi para pekerja ini
menginginkan upah yang sama seperti orang yang mengenyam pendidikan sampai
Sarjana. Apakah ini wajar?
Jika
di bandingkan dengan guru honorer di sekolah-sekolah yang hanya di gaji sekian
ratus ribu perbulan saja tidak sampai berunjuk rasa, padahal tingkat pendidikan
rata-ratanya adalah sarjana (S1) dan tingkat kelelahan memberi jasa mereka
kepada masyarakat pun sama seperti para pekerja yang sibuk berunjuk rasa
disana. Bukankan lebih baik untuk menerima apa yang sudah diperoleh dari pada
sibuk berunjuk rasa yang berdampak pada kerugian kelak? Setidaknya dengan gaji
yang menurut para pekerja dirasa kurang itu masih bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya daripada menjadi pengangguran tidak mendapat penghasilan tetapi
kebutuhan masih tetap berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar