Kamis, 28 November 2013

Demam Korea Melanda Indonesia



Korea? Siapa yang tidak mengenal  KOREA ? Ya, apalagi remaja Indonesia saat ini yang sedang dilanda Korean Fever atau demam korea, terutama remaja perempuan yang sangat tergila-gila pada boyband-boyband asal negeri ginseng tersebut. Semuanya pasti sudah mengenal Korea, terlebih lagi dengan artis-artisnya yang bisa dibilang WOW. Berawal dari drama korea yang kental dengan cerita cintanya.
Setelah drama-drama bermunculan Kpop tidak ketinggalan. Boy/Girl band yang sedang naik daun sekarang seperti SHINee, Superjunior, Big Bang, dan masih banyak lagi menyebarkan virus demam Kpop di indonesia. Banyak orang terkena virus tersebut, akibatnya youtube selalu tujuan utama, flasdiks slalu standby, laptop tidak pernah mati. Sehingga banyak orang yang ingin mempelajari bahasa dan kebudayaan korea. Semua pasti sudah tahu bahwa sekarang di Indonesia sedang terserang demam kpop, dari artis sampai masyarakat disekitar kita, bahkan di media social seperti facebook maupun twitter demam kpop sangat kuat dan semakin gila-gilaan.
Siapa yang tidak mengenal ini?

 
Sumber :  Super Junior

Atau yang ini?
http://ibrahimkurniawan.files.wordpress.com/2011/11/shinee-calendar-2011-shinee-17535825-556-462.jpg 
Sumber : Shinee

Menurut saya demam ini sudah berlebihan. Demam K-Pop ini bahkan sudah terlihat menyebalkan dan mengganggu layaknya melihat alay-alay yang dulu bertebaran. Alasannya? Bagi saya alasannya satu, mereka berlebihan. Menurut pepatah, semua hal yang berlebihan itu buruk. Oke senang terhadap apapun itu tidak ada salahnya, tapi jika kesenangan kita terhadap sesuatu dapat menghambat kewajiban pokok kita sebagai pelajar, itu baru salah besar.
Saya miris melihat pelajar-pelajar di Indonesia yang rela meninggalkan jam pelajaran demi menonton korea-korean, rela mengeluarkan uang berjuta-juta demi menonton konsernya. Hampir setiap remaja Indonesia menggunakan uang saku mereka untuk membeli sekotak album original yang disenangi meski harus merogoh kantong lebih dalam, sehingga timbul gaya hidup pemborosan di kalangan remaja. Hal yang paling mengejutkan adalah tidak sedikit dari mereka yang membeli aneka merchandise dari sang idola, salah satunya Photobook (buku kumpulan foto artis idola) dengan harga yang tak murah, yakni mencapai 700 ribu dan herannya banyak juga yang membeli. Selain itu, mereka cenderung lebih menyukai segala yang berbau Korea seperti lagu, drama, dan sebagainya. Hal tersebut menimbulkan berkurangnya rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia sendiri. Selain itu mulai bermunculan fans fanatik yang biasa dijuluki Sasaeng fans, yaitu fans yang sangat terobsesi dengan idola mereka dan seringkali melakukan hal yang tidak normal dan tergolong anarkis untuk menunjukkan rasa cinta mereka kepada sang idola.
Dan lagi masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai produk Korea. Seperti lagu Korea, musik Korea, boyband atau girlband Korea. Dan berkurangnya rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia sendiri. Mereka terlalu mendewa-dewakan produk Korea tersebut dan menganggap bahwa produk Indonesia tidak ada apa-apanya. Masyarakat menyita waktu mereka untuk menonton drama Korea yang dapat mereka tonton di televisi atau DVD.
Inilah contoh fans fanatic boy/girlband Korea :


Bagaimana jika hal seperti ini terus berlangsung. Bukankah akan menyingkirkan identitas sebenarnya generasi muda Indonesia? Lalu bagaimana mereka bahkan lebih mengenal Korea di banding dengan negara sendiri. Memang, amatlah sulit untuk menghindari atau menyingkir dari gempuran budaya pop apalagi di era globalisasi ini. Pada kondisi inilah, seharusnya implementasi pendidikan karakter.
Namun, dari segala dampak negatif ada pula dampak positif yang bisa kita rasakan dari demam K-Pop tersebut. Semakin maraknya peluang usaha yang berhubungan dengan demam K-Pop seperti banyaknya online shop yang menjual pernak-pernik K-Pop serta usaha restoran-restoran yang menyediakan makanan khas dari Negeri Gingseng. Dalam segi pendidikan, banyak bermunculan tempat kursus untuk belajar berbahasa Korea yang banyak diburu oleh para pecinta K-Pop. Fakultas Bahasa Korea di perguruan-perguruan tinggi juga semakin banyak peminatnya karena semakin terjamin untuk bekerja sebagai penerjemah bahasa Korea di Indonesia.
Memang, K-Pop memiliki banyak dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan remaja. Saat ini yang harus kita lakukan adalah memilih mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat untuk kehidupan kita. Fanatisme itu boleh, asal tetap tau batasan agar tidak mengganggu kenyamanan diri sendiri dan orang lain, serta selalu mengutamakan karya dari bangsa sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar