Korea? Siapa yang tidak mengenal KOREA ? Ya,
apalagi remaja Indonesia saat ini yang sedang dilanda Korean Fever atau demam
korea, terutama remaja perempuan yang sangat tergila-gila pada boyband-boyband asal negeri ginseng tersebut. Semuanya pasti sudah mengenal Korea, terlebih lagi dengan artis-artisnya yang bisa dibilang WOW. Berawal dari drama korea yang kental dengan cerita cintanya.
Setelah drama-drama bermunculan Kpop
tidak ketinggalan. Boy/Girl band yang sedang naik daun sekarang seperti SHINee,
Superjunior, Big Bang, dan masih banyak lagi menyebarkan virus demam Kpop di
indonesia. Banyak orang terkena virus tersebut, akibatnya youtube selalu tujuan
utama, flasdiks slalu standby, laptop tidak pernah mati. Sehingga banyak
orang yang ingin mempelajari bahasa dan kebudayaan korea. Semua pasti sudah
tahu bahwa sekarang di Indonesia sedang terserang demam kpop, dari artis sampai
masyarakat disekitar kita, bahkan di media social seperti facebook maupun
twitter demam kpop sangat kuat dan semakin gila-gilaan.
Siapa yang tidak mengenal ini?
Sumber : Super Junior
Atau yang ini?
Sumber : Shinee
Menurut saya demam ini sudah
berlebihan. Demam K-Pop ini bahkan sudah terlihat menyebalkan dan mengganggu
layaknya melihat alay-alay yang dulu bertebaran. Alasannya? Bagi saya alasannya
satu, mereka berlebihan. Menurut pepatah, semua hal yang berlebihan itu buruk.
Oke senang terhadap apapun itu tidak ada salahnya, tapi jika kesenangan kita
terhadap sesuatu dapat menghambat kewajiban pokok kita sebagai pelajar, itu baru
salah besar.
Saya miris melihat pelajar-pelajar
di Indonesia yang rela meninggalkan jam pelajaran demi menonton korea-korean,
rela mengeluarkan uang berjuta-juta demi menonton konsernya. Hampir setiap remaja Indonesia
menggunakan uang saku mereka untuk membeli sekotak album original yang
disenangi meski harus merogoh kantong lebih dalam, sehingga timbul gaya hidup
pemborosan di kalangan remaja. Hal yang paling mengejutkan adalah tidak sedikit
dari mereka yang membeli aneka merchandise dari
sang idola, salah satunya Photobook (buku kumpulan foto artis idola) dengan
harga yang tak murah, yakni mencapai 700 ribu dan herannya banyak juga yang
membeli. Selain itu, mereka cenderung lebih menyukai segala yang berbau Korea
seperti lagu, drama, dan sebagainya. Hal tersebut menimbulkan berkurangnya rasa
cinta dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia sendiri. Selain itu mulai
bermunculan fans fanatik yang biasa dijuluki Sasaeng fans, yaitu fans yang
sangat terobsesi dengan idola mereka dan seringkali melakukan hal yang tidak
normal dan tergolong anarkis untuk menunjukkan rasa cinta mereka kepada sang
idola.
Dan
lagi masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai produk Korea. Seperti lagu
Korea, musik Korea, boyband atau girlband Korea. Dan berkurangnya rasa cinta
dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia sendiri. Mereka terlalu
mendewa-dewakan produk Korea tersebut dan menganggap bahwa produk Indonesia
tidak ada apa-apanya. Masyarakat menyita waktu mereka untuk menonton drama
Korea yang dapat mereka tonton di televisi atau DVD.
Inilah contoh fans fanatic boy/girlband Korea :
Bagaimana jika hal seperti ini terus berlangsung. Bukankah akan menyingkirkan identitas sebenarnya generasi muda Indonesia? Lalu bagaimana mereka bahkan lebih mengenal Korea di banding dengan negara sendiri. Memang, amatlah sulit untuk menghindari atau menyingkir dari gempuran budaya pop apalagi di era globalisasi ini. Pada kondisi inilah, seharusnya implementasi pendidikan karakter.
Namun, dari segala dampak
negatif ada pula dampak positif yang bisa kita rasakan dari demam K-Pop
tersebut. Semakin maraknya peluang usaha yang berhubungan dengan demam K-Pop
seperti banyaknya online shop yang menjual pernak-pernik K-Pop serta
usaha restoran-restoran yang menyediakan makanan khas dari Negeri Gingseng.
Dalam segi pendidikan, banyak bermunculan tempat kursus untuk belajar berbahasa
Korea yang banyak diburu oleh para pecinta K-Pop. Fakultas Bahasa Korea di
perguruan-perguruan tinggi juga semakin banyak peminatnya karena semakin
terjamin untuk bekerja sebagai penerjemah bahasa Korea di Indonesia.
Memang, K-Pop memiliki banyak
dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan
remaja. Saat ini yang harus kita lakukan adalah memilih mana yang bermanfaat
dan tidak bermanfaat untuk kehidupan kita. Fanatisme itu boleh, asal tetap tau
batasan agar tidak mengganggu kenyamanan diri sendiri dan orang lain, serta
selalu mengutamakan karya dari bangsa sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar